Selasa, 22 November 2011

KOMURINDO 2011

KOMPETISI MUATAN ROKET INDONESIA
KOMURINDO 2011
Attitude Monitoring and Surveillance Payload
Oleh
Deni Yan Kusyana1
1Mahasiswa Ilmu dan Tekhnologi Kelautan Institut Pertanian Bogor
Roket merupakan salah satu wahana dirgantara yang memiliki makna startegis. Wahana ini mampu digunakan untuk melaksanakan misi perdamaian maupun pertahanan, misalnya sebagai Roket Peluncur Satelit (RPS), Roket penelitian cuaca, roket kendali, roket balistik dari : darat ke darat, darat ke udara dan udara ke udara. Dengan kata lain, roket juga bisa berfungsi sebagai peralatan untuk menjaga kedaulatan dan meningkatkan martabat bangsa, baik di darat, laut maupun di udara sampai dengan antariksa. Oleh karena itu, negara yang menguasai kemandirian teknologi peroketan dengan baik, akan disegani oleh negara- negara lain di seluruh dunia.Dengan fungsi dan keuntungan tadi maka dirjen peerguruan tinggi menyelenggarakan Kompetisi Muatan Roket Indonesia 2011.
Kompetisi Muatan Roket Indonesia (KOMURINDO) 2011 memiliki tema yaitu Attitude Monitoring and Surveillance Payload.yang yang artinya Attitude Monitoring and Surveillance Payload adalah Payload (Muatan) Roket yang mampu melakukan penginderaan dinamik roket, pengambilan dan pengiriman data surveillance berupa foto dari udara dengan resolusi (200 x 200) piksel Black/White (B/W). adapun Hal-hal utama sistem kompetisi KOMURINDO 2011 adalah sebagai berikut:
1. Setiap tim peserta harus membuat sebuah payload, yaitu muatan roket berbentuk tabung silinder berisi rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai perangkat telemetri untuk monitoring sikap (attitude) roket mulai dari peluncuran hingga separasi, dan sekaligus memiliki sistem kamera untuk melakukan pengamatan dengan kemampuan mengambil gambar bumi dari udara (foto B/W) berukuran (200 x 200) piksel.
2. Peserta diberikan opsi (boleh dipilih) untuk melengkapi Payload dengan sistem aktuator berbasis robotik yang berfungsi membawa kembali sistem payload ini ke zona peluncuran (mode HOMING). Dalam hal ini peserta diperbolehkan merancang atau menggunakan sistem parasut sendiri dengan syarat sistem pelipatan dan integrasi ke dalam kompartemen harus memenuhi syarat yang akan ditentukan oleh panitia.
3. Jika peserta memilih opsi 5.2 maka nilai keberhasilan HOMING ini akan dihitung berdasarkan konsistensi arah payload ke posisi awal peluncuran yang didapat dari informasi data kompas.
4. Payload ini akan dimuatkan dan diluncurkan dengan menggunakan sistem roket yang disiapkan oleh Panitia.
5. Ketika roket diluncurkan, pada ketinggian tertentu (sekitar 600 m) sistem payload akan terpisah secara otomatis dari sistem roket (terjadi separasi) dan mulai saat inilah sistem kamera pada payload dapat diperintah melalui telecommand peserta dari Ground Segment untuk mengambil gambar dan mengirimkannya ke darat.
6. Pada saat proses persiapan peluncuran, peserta akan diberikan aba-aba oleh Juri, kapan perintah telecommand untuk mengaktifkan sistem transmisi harus diberikan. Kegagalan fungsi telecommand ini dapat menyebabkan proses peluncuran dibatalkan dan peserta dinyatakan gagal dalam penilaian uji peluncuran.
7. Transmisi data ini dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah 12 detik pertama yang dihitung dari mulai meluncur, untuk mengirim data attitude roket dari 3 (tiga) buah akselerometer (dipasang pada sumbu x, y dan z payload) yang masing-masing menempati tiga byte data. Tiga sensor akselerasi ini sifatnya wajib dipenuhi. Tersedia juga dua extra-byte tambahan jika peserta menginginkan memasang sensor-sensor lainnya.
8. Transmisi data yang kedua adalah 60 detik setelah 12 detik pertama untuk pengiriman data gambar kamera. Dengan resolusi (200 x 200) piksel B/W dan format data seperti pada pasal 8.5 dengan protokol transmisi (9600bps-8bitData-NonParity-1StopBit) maka setidak-tidaknya payload dapat mengirim sebuah gambar/foto hitam-putih ke Ground Segment dalam kurun waktu 60 detik ini, baik untuk opsi TANPA HOMING maupun DENGAN HOMING.
9. Sistem transmisi data antara payload dan Ground Segment harus menggunakan kanal frekwensi yang telah ditentukan oleh panitia (lihat Bab VIII) termasuk data telecommand, data attitude (akselerometer dan atau kompas) dan data gambar.
10. Khusus untuk transmisi data gambar, selain harus memenuhi 8 untuk transimisi data digital, peserta boleh melengkapi payload dengan sistem transmitter analog (seperti video sender) untuk monitoring arah tangkapan kamera dari Ground Segment. Dalam hal ini gambar dari transmisi sinyal video (komposit) ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengarahkan payload dan atau kamera ke arah tertentu (melalui telecommand), namun hanya data transmisi gambar digital dalam bentuk B/W dari payload melalui kanal frekwensi wajib (Pasal 5.8) yang akan digunakan sebagai pegangan juri untuk melakukan penilaian.
11. Begitu payload melakukan separasi peserta boleh mulai melakukan tele-control payload melalui telecommand, ataupun membiarkan payload bekerja secara otomatis. Namun demikian, payload HARUS DAPAT DI-OFF-KAN setelah transmisi data dianggap selesai (minimal 12 detik plus 60 detik). Dalam hal ini juri akan memberikan aba-aba kapan peserta harus meng-OFF-kan transmisi data dari payload-nya.
12. Sistem penilaian lomba dilakukan dalam beberapa tahap yaitu, Uji Fungsionalitas (UF), Uji Peluncuran (UP) (main game), dan Uji Analisa Data (UAD) dalam bentuk presentasi. Sistem dan prosentase penilaian antara UF, UP dan UAD diatur tersendiri dalam pasal-pasal di bawah.
13. Ukuran penilaian utama dalam lomba ini adalah seberapa akurat data attitude dan hasil surveillance dalam bentuk foto udara yang dihasilkan oleh transmisi data antara payload dengan Ground Segment. Jika opsi HOMING dipilih, maka konsistensi arah payload ke posisi awal peluncuran juga dapat menambah nilai (Lihat Sistem Penilaian).


Spesifikasi Sistem Payload
1. Yang disebut sebagai payload adalah muatan roket berbentuk tabung silinder berisi rangkaian elektronik yang berfungsi sebagai perangkat telemetri untuk monitoring sikap (attitude) roket mulai dari peluncuran hingga separasi, dan sekaligus memiliki sistem kamera untuk melakukan pengamatan dengan kemampuan mengambil gambar bumi dari udara berupa foto B/W berukuran (200 x 200) piksel.
.2. Payload harus dirancang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh Panitia, yaitu berukuran diameter 100 mm (±1mm) dengan tinggi 200 mm (±1mm) termasuk antena tapi tidak termasuk parasut. Berat maksimum payload adalah 1000 gr (±10 gr). Payload dan parasut ini harus dapat dimasukkan ke dalam kompartemen (Lihat Gambar 1.3 pada Lampiran). Buku Panduan KORINDO 2011 (Revisi 5 Nov 2010)
3. Dimensi payload dapat berubah dengan ukuran yang tak terbatas setelah terjadi separasi.
4. Payload WAJIB memiliki sensor akselerasi sebanyak 3 (tiga) buah yang data-data akselerasi ini harus dikirim terus-menerus ke Ground Segment selama 12 detik pertama mulai saat peluncuran (aba-aba GO).
5. Payload WAJIB memiliki sistem kamera digital yang data gambarnya dikirim ke Ground Segment melalui transmisi digital menggunakan kanal frekwensi yang telah ditentukan. Data gambar ini harus sesuai dengan Standar Format Data di Pasal 8.6. Resolusi kamera setidak-tidaknya (200 x 200) piksel atau lebih besar, namun foto yang dikirim ke Ground Segment harus berukuran (200 x 200) piksel B/W.
6. Payload dapat memiliki hingga dua macam sensor tambahan selain sensor wajib akselerometer jika dibutuhkan, termasuk sensor kompas jika opsi DENGAN HOMING diambil.
7. Payload boleh bersifat autonomous ataupun fully manual, baik untuk fungsi HOMING jika dipilih, ataupun fungsi pengambilan gambar dan pengiriman data. Dalam hal ini payload dapat berkomunikasi dengan sistem kendali operator di Ground Segment.
8. Payload harus dibuat sendiri oleh anggota tim peserta yang berasal dari Perguruan Tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar